Iklan

Langgapos Net
Redaksi
5/16/2025, 20:51 WIB
Last Updated 2025-05-16T13:51:15Z
Langgam Budaya

Tradisi Ojhung Sumenep akan Hidup Kembali dalam Pertarungan Dua Pemuda di Pantai Badur

Tradisi Ojhung Sumenep akan Hidup Kembali dalam Pertarungan Dua Pemuda di Pantai Badur


LANGGAMPOS.NET - SUMENEP – Pantai Badur Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, akan menjadi tempat hidupnya kembali tradisi Ojhung lewat pertarungan dua pemuda pada Sabtu (16/05/2025).

Adalah Sutris (13) dan Dayat (12) yang akan melakukan pertaruangan itu. Suara rotan dan musik tradisional akan menggema bercampur dengan deburan ombak.

Kedua pemuda itu tampil bukan sekadar pengisi acara. Mereka adalah simbol regenerasi. Bahwa tradisi tidak hanya milik masa lalu, tetapi juga bisa diteruskan oleh generasi muda yang hidup di zaman digital.

"Ini bukan pertarungan biasa. Di dalamnya ada nilai, ada filosofi, dan ada doa," ujar Ketua Pelaksana Event Ojhung, Saddam Hosen, Jumat (16/5/2025).

Menurut Saddam, keterlibatan anak-anak seperti Sutris dan Dayat bukan tanpa alasan. Ada pesan edukatif yang ingin disampaikan: tradisi tidak boleh hanya ditonton, tapi harus dipahami dan dijalani.

“Melibatkan anak-anak adalah bentuk edukasi langsung. Kami ingin mereka mengenal dan menghayati makna Ojhung, bukan hanya sekadar melihat dari jauh,” tambahnya.

Ojhung sendiri merupakan seni bela diri tradisional khas Sumenep yang dilakukan dengan saling memukul menggunakan tongkat rotan. Biasanya digelar saat musim kemarau atau menjelang masa tanam, sebagai bentuk ritual permohonan hujan.

“Dua peserta akan bergantian memukul dan menangkis serangan lawan, dalam irama musik tradisional yang menggugah dan menghidupkan suasana magis,” kata Saddam.

Ia menegaskan, dalam Ojhung tidak ada dendam atau amarah. Yang dijunjung tinggi adalah keberanian, daya tahan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai warisan leluhur.

“Event ini bukan hanya soal mempertahankan budaya, tetapi juga cara kami merawat identitas di tengah arus globalisasi,” ujarnya.

Tahun ini, Saddam menyebut pelaksanaan Ojhung terasa lebih spesial karena kehadiran anak-anak. Mereka adalah benih baru dari tradisi tua, yang membuktikan bahwa nilai-nilai lokal masih bisa hidup di tengah arus modernisasi.

“Dan tahun ini menjadi spesial karena kehadiran anak-anak, yang menandai semangat baru dari tradisi lama.” imbuhnya.

Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep, Moh. Iksan, menegaskan bahwa Ojhung merupakan salah satu ikon budaya daerah yang terus dijaga dan dilestarikan.

“Kami gelar rutin tiap tahun dalam kalender pariwisata Sumenep. Selain memperkuat identitas lokal, ini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin menyaksikan tradisi unik yang otentik,” katanya.

Ia berharap keterlibatan generasi muda dapat menjadi penguat eksistensi tradisi Ojhung ke depan.

“Tradisi seperti ini adalah penyeimbang. Ia mengingatkan kita bahwa kita punya akar, punya cerita, dan punya warisan yang tak ternilai,” ucapnya.

“Besok, ketika Sutris dan Dayat melangkah ke tengah arena, mereka tidak hanya membawa keberanian mereka sendiri. Mereka membawa semangat ratusan tahun budaya Sumenep Madura dan menyatakan bahwa tradisi tidak mati,” pungkasnya.

Dengan rotan di tangan dan keberanian di dada, Sutris dan Dayat akan menjadi wajah masa depan dari tradisi lama. Sebuah pertunjukan, sekaligus pernyataan: budaya Sumenep masih hidup dan akan terus hidup.


(*)
Advertisement
close