Iklan

Langgapos Net
Redaksi
5/17/2025, 12:45 WIB
Last Updated 2025-05-17T05:45:26Z
Langgam Berita

Pariwisata Sumenep Terpuruk: Hunian Hotel Anjlok, Wisatawan Enggan Tinggal Lama

Pariwisata Sumenep Terpuruk: Hunian Hotel Anjlok, Wisatawan Enggan Tinggal Lama


LANGGAMPOST.NET - SUMENEP - Performa pariwisata Kabupaten Sumenep menunjukkan tren mengkhawatirkan hingga Maret 2025. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan drastis pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel yang menjadi indikator utama sektor akomodasi.

TPK Sumenep pada Maret 2025 hanya mencapai 11,34 persen. Angka ini turun 3,60 poin dibandingkan Februari yang mencatatkan 14,94 persen. Dari seratus kamar hotel yang tersedia, hanya sekitar 11 hingga 12 kamar terisi setiap malamnya. Ini mencerminkan minimnya aktivitas wisata dan lemahnya permintaan pasar terhadap layanan perhotelan.

Penurunan ini terjadi di tengah lesunya kalender event wisata lokal dan bertepatan dengan bulan Ramadan, saat aktivitas perjalanan cenderung menurun. Sejumlah kegiatan yang biasa mendatangkan wisatawan ditiadakan, sehingga hotel kehilangan peluang pasar yang signifikan.

Tak hanya TPK yang melorot, Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT) juga stagnan di angka satu hari. Artinya, wisatawan yang datang ke Sumenep umumnya hanya menginap semalam sebelum melanjutkan perjalanan. Dibandingkan Maret tahun lalu, angka RLMT ini bahkan lebih rendah. Kondisi tersebut menunjukkan menurunnya daya tarik Sumenep sebagai destinasi wisata yang layak dijelajahi lebih dari satu hari.

Sejak awal 2025, tren TPK berada di titik terendah dalam tiga tahun terakhir. Ini menandakan adanya persoalan struktural dalam sektor pariwisata dan perhotelan. Bukan hanya soal minimnya daya tarik, tetapi juga lemahnya strategi promosi dan pembangunan infrastruktur pendukung wisata.

Di sisi lain, efisiensi anggaran pemerintah juga ikut menyumbang tekanan. Pembatasan perjalanan dinas dan kegiatan rapat di hotel yang biasanya menjadi penopang okupansi, kini tak lagi menjadi andalan. Sektor perhotelan kehilangan salah satu sumber utama pendapatannya.

Kondisi ekonomi masyarakat yang belum pulih turut menjadi faktor kunci. Melemahnya daya beli menyebabkan masyarakat mengurangi belanja untuk hiburan dan perjalanan. Hal ini memperberat beban pelaku usaha akomodasi yang semakin sulit bertahan dengan okupansi rendah dan tingginya biaya operasional.


Tren negatif ini menjadi peringatan keras bagi Pemerintah Kabupaten Sumenep. Diperlukan terobosan serius untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata. Tanpa revitalisasi event, promosi destinasi unggulan, dan penguatan kerja sama lintas sektor, Sumenep terancam kehilangan momentum pemulihan pascapandemi.

Jika dibiarkan, keterpurukan ini bisa berdampak sistemik terhadap perekonomian daerah. Pariwisata yang lesu bukan hanya soal kamar hotel kosong, tetapi juga soal lapangan kerja, pendapatan UMKM, dan citra daerah di mata publik nasional maupun internasional.

(*)
Advertisement
close