LANGGAMPOS.NET - Banyak orang mengira bahwa doa yang terkabul tergantung pada kalimat yang diucapkan. Padahal, itu hanya bagian kecil dari rahasianya. Doa tidak bekerja seperti mantra. Ia bekerja seperti senjata yang efektif bila digunakan dengan benar, pada waktu yang tepat, oleh tangan yang kuat.
Ibnul Qayyim dalam Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ menjelaskan, terkabulnya doa lebih bergantung pada kondisi batin si pemohon. Bukan semata pada lafaz. Doa bisa dikabulkan karena ia lahir dari hati yang tunduk, dalam situasi terjepit, pada waktu yang mustajab, dan didukung oleh amal baik sebelumnya.
Doa Bukan Sekadar Kata
Kesalahan umum yang terjadi: seseorang meniru doa yang pernah terbukti terkabul, tanpa meniru keadaan batin dan kondisi orang yang memanjatkannya. Sama halnya dengan menelan obat yang manjur tanpa memperhatikan dosis, waktu, atau penyakit yang diderita.
Contohnya, seseorang berdoa di kuburan lalu doanya dikabulkan. Orang lain yang melihatnya lalu menyimpulkan bahwa tempat itu yang istimewa. Padahal, justru kondisi hati si pemohon,yang tulus, terdesak, dan bersungguh-sungguh yang menjadi kuncinya.
Syarat Doa Terkabul
Ada enam faktor yang bisa membuka jalan terkabulnya doa:
- Lafaz doa yang baik.
- Kondisi terjepit dan mendesak.
- Ketundukan hati total kepada Allah.
- Waktu-waktu mustajab, seperti sepertiga malam terakhir.
- Amal baik yang dilakukan sebelumnya.
- Kesatuan antara hati dan lisan saat berdoa.
Jika salah satu dari ini hilang, efek doa bisa melemah. Sama seperti senjata tajam di tangan yang lemah, atau tangan kuat yang memegang pedang tumpul.
Bukan Tempatnya, Tapi Hatinya
Kuncinya bukan lokasi atau susunan kata. Tapi siapa yang berdoa, dalam kondisi apa, dan seberapa ikhlas ia memohon. Doa yang datang dari keputusasaan yang pasrah sering kali lebih kuat daripada doa panjang yang kosong makna.
Allah Maha Mendengar. Tapi mendengar doa yang datang dari hati yang hidup, bukan sekadar lisan yang fasih. Semoga kita termasuk yang diberi taufik untuk berdoa dengan benar, dan dikabulkan oleh-Nya.
(*)