Iklan

Redaksi
7/30/2025, 03:19 WIB
Last Updated 2025-07-29T20:19:46Z
Langgam Tekno

CEO Merasa Lega Usai Pecat Karyawan, AI Jadi Andalan Baru

CEO Pecat Karyawan Untuk Digantikan Dengan AI

LANGGAMPOST.NET - Para bos perusahaan besar kini terang-terangan menyambut kecerdasan buatan (AI) sebagai pengganti manusia. Tak sekadar teori. Pemutusan hubungan kerja demi efisiensi AI sudah terjadi. Dan mereka tak malu mengakuinya.

Elijah Clark, konsultan teknologi dan CEO sebuah perusahaan AI, bicara blak-blakan soal tren ini. Dalam wawancara dengan Gizmodo, ia menyatakan dengan lugas bahwa ia sendiri telah memecat sebagian besar stafnya demi diganti AI.

“AI tidak mogok. Tidak minta kenaikan gaji. Tidak ribet,” ujar Clark. “Sebagai CEO, ini adalah keputusan yang masuk akal.”

Clark bukan satu-satunya. Menurut laporan Futurism, banyak eksekutif puncak perusahaan lain juga punya sikap serupa. Mereka melihat AI sebagai solusi paling efisien dan murah. Sebuah startup bahkan dengan percaya diri memasang iklan besar: “Setop Mempekerjakan Manusia.”

Ancaman ini bukan sekadar opini minoritas. Sam Altman, CEO OpenAI, dan Dario Amodei dari Anthropic, pernah menyatakan bahwa teknologi yang mereka kembangkan bisa menghapus jutaan pekerjaan.

Percepatan pengembangan AI, terutama sejak peluncuran ChatGPT, mendorong perubahan drastis dalam cara perusahaan bekerja. Meski masih banyak kekurangan—chatbot sering lelet atau ngawur saat melayani pelanggan—AI tetap dianggap sebagai alat revolusioner yang mampu memangkas beban biaya tenaga kerja.

Clark memberikan contoh konkret. Ia mengaku memecat 27 dari 30 karyawan divisi dukungan penjualan. Hasilnya? “Pekerjaan yang butuh seminggu, sekarang selesai dalam sehari,” katanya.

Alasannya sederhana: efisiensi dan laba. Dua kata sakti bagi para pemilik perusahaan. AI dianggap bisa menjalankan lebih banyak tugas dengan lebih cepat, tanpa drama SDM.

Namun di balik “efisiensi” itu, ada potensi krisis sosial besar. Jutaan pekerja terancam kehilangan pekerjaan karena diganti sistem otomatis. Dan saat para CEO semakin gencar mengandalkan AI, publik pun mulai mempertanyakan: sampai kapan manusia dibutuhkan?

Satu hal yang pasti: perubahan ini sedang terjadi. Diam-diam atau terang-terangan, AI telah mulai menggantikan peran manusia. Dan para pemimpin perusahaan tampak sangat nyaman dengan itu.

(*)

Advertisement
close