Iklan

Langgapos Net
Redaksi
6/10/2025, 20:55 WIB
Last Updated 2025-06-10T13:55:52Z
Langgam Pendidikan

Si Pemakan Daging dari Oahu: Ulat Bone Collector yang Menyamar dengan Mayat Serangga

Si Pemakan Daging dari Oahu: Ulat Bone Collector yang Menyamar dengan Mayat Serangga



LANGGAMPOS.NET - Di tengah hutan tropis Pegunungan Waianae, Pulau Oahu, Hawaii, para ilmuwan menemukan makhluk kecil yang mengungkap sisi kelam dari dunia serangga. Seekor ulat yang menghuni jaring laba-laba dan menggunakan potongan tubuh mangsanya sebagai kamuflase kini dijuluki sebagai "ulat pengumpul tulang" atau bone collector caterpillar.

Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal Science pada 25 April lalu. Temuan tersebut langsung mencuri perhatian karena perilaku ulat ini sangat tidak biasa.

Ulat Karnivora yang Langka

Dari hampir 200 ribu spesies ngengat dan kupu-kupu yang dikenal ilmuwan, hanya sekitar 300 yang diketahui bersifat karnivora. Ulat bone collector ini adalah bagian dari genus Hyposmocoma, kelompok ngengat endemik yang hanya ditemukan di Kepulauan Hawaii.

Yang membuatnya unik, selain pola makannya yang menyukai daging, ulat ini juga membuat baju pelindung dari bagian tubuh serangga lain. Mulai dari kepala semut, sayap lalat, hingga potongan perut kumbang, semua dijahit rapi di luar tubuhnya menggunakan benang sutera yang ia hasilkan sendiri.

Menyamar di Wilayah Laba-Laba

Peneliti dari Universitas Hawaii, Dan Rubinoff, yang memimpin studi ini, mengungkapkan bahwa ulat ini pertama kali terlihat hampir dua dekade lalu. Saat itu, Rubinoff sedang berjalan di hutan dan melihat seekor ulat aneh di dekat jaring laba-laba di dalam lubang pohon.

“Ulat itu tertutup oleh potongan-potongan serangga,” kenang Rubinoff. Awalnya ia mengira itu hanyalah anomali, tapi selama 20 tahun berikutnya, ia dan timnya menemukan total 62 ulat sejenis di area seluas 15 kilometer persegi.

Menariknya, setiap ulat hanya ditemukan sendirian di satu jaring laba-laba. Jika ada dua, kemungkinan besar salah satunya akan memakan yang lain. Ulat ini bukan hanya hidup di wilayah berbahaya, tetapi juga menjadikannya sebagai tempat berburu.

Strategi Kamuflase yang Mengagumkan

Ulat bone collector menyamar agar tidak terdeteksi oleh pemilik rumah, yaitu laba-laba. Ia menggunakan bagian tubuh mangsa yang sudah mati, bahkan kulit laba-laba yang telah berganti kulit, untuk menyamarkan aroma dan tekstur tubuhnya.

Rubinoff menyebut ini sebagai situasi “hias atau mati.” Tanpa kamuflase ini, laba-laba bisa saja menyadari keberadaannya dan mencoba menembus lapisan pelindung ulat untuk memangsanya.

Setelah beberapa bulan hidup seperti ini, ulat akan menyegel bagian ujung sarung tubuhnya dan mengubahnya menjadi kepompong. Di dalamnya, ia akan mengalami metamorfosis menjadi ngengat dewasa.

Jejak Evolusi yang Tua

Melalui analisis genetik, para ilmuwan menemukan bahwa garis keturunan ulat bone collector ini sudah berusia lebih dari 6 juta tahun—lebih tua dari Pulau Oahu sendiri. Ini menunjukkan bahwa leluhurnya kemungkinan berasal dari pulau lain di Hawaii sebelum akhirnya beradaptasi di habitat barunya.

Berbeda dengan spesies Hyposmocoma lain yang biasanya memiliki beberapa cabang turunan, ulat bone collector ini berdiri sendiri sebagai satu-satunya jenis dalam garis evolusinya.

Ancaman Kepunahan

Rubinoff mengaku bersyukur spesies ini ditemukan sebelum menghilang. Dengan habitat yang sangat terbatas dan pola hidup yang begitu spesifik, ulat ini rentan terhadap perubahan lingkungan.

“Ini makhluk yang luar biasa unik. Saya senang kami menemukannya sebelum terlambat,” ujarnya.

Kesimpulan

Ulat bone collector bukan hanya penemuan biologis yang mengejutkan, tetapi juga pengingat bahwa alam masih menyimpan banyak misteri. Dengan kamuflase mayat serangga sebagai pelindung, ulat ini membuktikan bahwa adaptasi evolusioner bisa mengambil bentuk yang tak terduga.

Keunikan ini menjadikan ulat bone collector sebagai simbol kekayaan hayati Hawaii yang layak dilindungi dan dipelajari lebih dalam.

(*)


Advertisement
close