LANGGAMPOS.NET - Di tengah ketatnya persaingan pasar ponsel kelas menengah, Vivo kembali unjuk gigi dengan merilis Vivo V50e 5G. Perangkat ini mencoba menarik perhatian dengan desain elegan, layar AMOLED yang cerah, kamera utama 50MP, serta baterai jumbo 5600mAh.
Dengan banderol sekitar Rp 5 jutaan, ponsel ini menargetkan pengguna kasual yang butuh perangkat serba bisa untuk kebutuhan harian. Tapi, apakah ia bisa menjadi pilihan utama bagi pengguna Indonesia?
Saat pertama kali digenggam, desain Vivo V50e 5G langsung mencuri perhatian. Varian warna Sapphire Blue hadir dengan sentuhan akhir berkilau yang tampak seperti aliran air di permukaan. Meski berbahan plastik, bodi belakangnya tidak terasa murahan, justru memberi kesan premium.
Dua lingkaran kamera di bagian belakang ditempatkan dalam modul melingkar yang modern. Elemen ini dipadukan dengan fitur Aura Light khas Vivo, memberi tampilan berbeda dari ponsel lain di kelasnya.
Dalam hal ergonomi, bodi melengkung di sisi membuat perangkat nyaman digenggam, meski ukurannya cukup besar. Kesan pertama: stylish, ringan, dan cukup mewah.
Dalam hal ergonomi, bodi melengkung di sisi membuat perangkat nyaman digenggam, meski ukurannya cukup besar. Kesan pertama: stylish, ringan, dan cukup mewah.
Lanjut ke bagian layar, Vivo V50e membawa panel AMOLED 6,77 inci dengan refresh rate 120Hz. Hasilnya, visual terasa hidup dan responsif. Warna yang ditampilkan kaya dan tajam, cocok untuk konsumsi konten harian di YouTube atau platform OTT seperti Netflix dan Vidio.
Pengujian dengan colorimeter menunjukkan layar ponsel ini mampu mencapai tingkat kecerahan puncak hingga 2320 nits dalam mode otomatis. Artinya, tak perlu khawatir saat menggunakannya di bawah sinar matahari langsung.
Akurasi warna juga jadi nilai plus. Dalam mode Profesional, skor Delta E rata-rata di angka 1,5—cukup baik untuk standar ponsel kelas menengah. Cakupan warna sRGB mencapai 93,3%, memberi jaminan bahwa apa yang terlihat di layar cukup akurat dan memanjakan mata.
Namun, performa menjadi area yang memunculkan keraguan. Vivo memilih menggunakan chipset MediaTek Dimensity 7300, sama seperti generasi sebelumnya. Ini jadi catatan tersendiri, terutama saat pesaing lain menawarkan peningkatan performa dengan prosesor lebih baru.
Dalam penggunaan sehari-hari, V50e tidak mengecewakan. Navigasi antaraplikasi berjalan mulus, begitu juga saat membuka media sosial, mengetik pesan, atau menonton video. Tapi ketika dipakai untuk gaming berat seperti PUBG Mobile atau Genshin Impact, pengalaman jadi kurang menyenangkan. Frame drop terjadi bahkan di pengaturan grafis sedang.
Dalam pengujian benchmark, skor AnTuTu mencapai 683.637, sementara Geekbench menunjukkan 1.029 poin untuk single-core dan 2.988 untuk multi-core. Angka ini sedikit di bawah rata-rata ponsel kompetitor di segmen harga serupa.
Dengan kata lain, performa cukup untuk harian, tapi tidak ideal untuk gamer fanatik atau multitasking berat.
Pengujian dengan colorimeter menunjukkan layar ponsel ini mampu mencapai tingkat kecerahan puncak hingga 2320 nits dalam mode otomatis. Artinya, tak perlu khawatir saat menggunakannya di bawah sinar matahari langsung.
Akurasi warna juga jadi nilai plus. Dalam mode Profesional, skor Delta E rata-rata di angka 1,5—cukup baik untuk standar ponsel kelas menengah. Cakupan warna sRGB mencapai 93,3%, memberi jaminan bahwa apa yang terlihat di layar cukup akurat dan memanjakan mata.
Namun, performa menjadi area yang memunculkan keraguan. Vivo memilih menggunakan chipset MediaTek Dimensity 7300, sama seperti generasi sebelumnya. Ini jadi catatan tersendiri, terutama saat pesaing lain menawarkan peningkatan performa dengan prosesor lebih baru.
Dalam penggunaan sehari-hari, V50e tidak mengecewakan. Navigasi antaraplikasi berjalan mulus, begitu juga saat membuka media sosial, mengetik pesan, atau menonton video. Tapi ketika dipakai untuk gaming berat seperti PUBG Mobile atau Genshin Impact, pengalaman jadi kurang menyenangkan. Frame drop terjadi bahkan di pengaturan grafis sedang.
Dalam pengujian benchmark, skor AnTuTu mencapai 683.637, sementara Geekbench menunjukkan 1.029 poin untuk single-core dan 2.988 untuk multi-core. Angka ini sedikit di bawah rata-rata ponsel kompetitor di segmen harga serupa.
Dengan kata lain, performa cukup untuk harian, tapi tidak ideal untuk gamer fanatik atau multitasking berat.
Sektor kamera justru memberi kejutan menyenangkan. Vivo menyematkan sensor Sony IMX882 50MP dengan OIS sebagai kamera utama, disandingkan dengan lensa ultra-wide 8MP. Sementara untuk kamera depan, tersedia kamera 50MP yang mumpuni untuk swafoto.
Foto potret tampil dengan efek bokeh alami dan pemisahan subjek yang akurat. Dalam kondisi cahaya cukup, hasil foto tampak tajam dan penuh detail. Warna cenderung punchy—kadang sedikit berlebihan, namun cocok untuk kebutuhan media sosial.
Sayangnya, dalam kondisi low-light, hasil foto mulai menurun, dengan noise yang muncul di beberapa area. Meski begitu, untuk penggunaan harian, hasil kameranya layak diacungi jempol.
Satu lagi kekuatan utama V50e ada di sektor daya. Baterai 5600mAh sanggup bertahan seharian penuh, bahkan lebih. Dalam pengujian PC Mark Battery, perangkat ini mencatatkan waktu penggunaan aktif hingga 16 jam 58 menit.
Untuk penggunaan spesifik, menonton video HDR selama 30 menit hanya menghabiskan 2% daya. Menggunakan Google Maps selama satu jam hanya menguras 4% baterai. Sangat efisien untuk pengguna yang aktif di luar rumah.
Soal pengisian daya, fitur fast charging 90W bekerja optimal. Dari 0 ke 100 persen hanya butuh sekitar 50 menit, menjadikannya salah satu yang tercepat di kelas menengah.
Kesimpulannya, Vivo V50e 5G adalah smartphone yang menarik untuk pengguna kasual. Desainnya elegan, layarnya memukau, kameranya mumpuni, dan daya tahan baterainya luar biasa. Namun, bagi mereka yang mengejar performa tinggi atau aktivitas gaming intens, ponsel ini mungkin belum bisa menjawab kebutuhan tersebut.
Dalam lanskap kompetisi yang semakin ketat, Vivo V50e tetap mampu bersinar di segmen tertentu—khususnya pengguna yang butuh perangkat dengan kamera tajam, desain menawan, dan daya tahan yang panjang.
Namun untuk mendongkrak daya saing di segmen ini, upgrade chipset mungkin menjadi keharusan di generasi selanjutnya.
Foto potret tampil dengan efek bokeh alami dan pemisahan subjek yang akurat. Dalam kondisi cahaya cukup, hasil foto tampak tajam dan penuh detail. Warna cenderung punchy—kadang sedikit berlebihan, namun cocok untuk kebutuhan media sosial.
Sayangnya, dalam kondisi low-light, hasil foto mulai menurun, dengan noise yang muncul di beberapa area. Meski begitu, untuk penggunaan harian, hasil kameranya layak diacungi jempol.
Satu lagi kekuatan utama V50e ada di sektor daya. Baterai 5600mAh sanggup bertahan seharian penuh, bahkan lebih. Dalam pengujian PC Mark Battery, perangkat ini mencatatkan waktu penggunaan aktif hingga 16 jam 58 menit.
Untuk penggunaan spesifik, menonton video HDR selama 30 menit hanya menghabiskan 2% daya. Menggunakan Google Maps selama satu jam hanya menguras 4% baterai. Sangat efisien untuk pengguna yang aktif di luar rumah.
Soal pengisian daya, fitur fast charging 90W bekerja optimal. Dari 0 ke 100 persen hanya butuh sekitar 50 menit, menjadikannya salah satu yang tercepat di kelas menengah.
Kesimpulannya, Vivo V50e 5G adalah smartphone yang menarik untuk pengguna kasual. Desainnya elegan, layarnya memukau, kameranya mumpuni, dan daya tahan baterainya luar biasa. Namun, bagi mereka yang mengejar performa tinggi atau aktivitas gaming intens, ponsel ini mungkin belum bisa menjawab kebutuhan tersebut.
Dalam lanskap kompetisi yang semakin ketat, Vivo V50e tetap mampu bersinar di segmen tertentu—khususnya pengguna yang butuh perangkat dengan kamera tajam, desain menawan, dan daya tahan yang panjang.
Namun untuk mendongkrak daya saing di segmen ini, upgrade chipset mungkin menjadi keharusan di generasi selanjutnya.