LANGGAMPOS.NET - Di tengah gempuran hidup yang sering tak bisa ditebak, manusia mencari pegangan. Di antara semua pegangan, sabar adalah salah satu yang paling kuat namun sering kali paling berat dijalani. Sabar bukan sekadar diam, tapi sebuah kekuatan spiritual yang mengakar dalam keimanan.
Nabi Muhammad ﷺ mencontohkan bagaimana sabar itu seharusnya hadir di detik pertama saat musibah menyapa. Suatu hari, beliau melewati seorang wanita yang menangis di kuburan. Dengan lembut, Nabi berkata, اتَّقِى اللهَ وَاصْبِرِى — “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu, tak mengenali siapa yang bicara, menjawab ketus. Belakangan dia tahu bahwa yang berbicara adalah Nabi ﷺ, dan ia pun datang untuk meminta maaf. Beliau menegaskan, إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولى — “Sungguh, sabar itu justru saat benturan pertama.” (HR. Al-Bukhari).
Kesabaran adalah ujian iman. Allah berfirman melalui sabda Nabi ﷺ, إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِى بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ — “Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua hal yang dicintainya (yaitu kedua matanya) lalu dia bersabar, maka Aku gantikan keduanya dengan surga.” (HR. Al-Bukhari). Sabar yang sejati menuntut pengorbanan besar, dan balasannya pun tidak main-main: surga.
Sikap ini bukan pasif. Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda, عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ... — “Menakjubkan urusan orang mukmin, karena seluruh urusannya adalah kebaikan. Bila mendapat nikmat ia bersyukur, dan itu baik baginya. Bila tertimpa musibah ia bersabar, dan itu pun baik baginya.” (HR. Muslim). Bagi orang beriman, sabar adalah pilihan sadar untuk tetap berpijak pada keimanan meskipun dunia terasa runtuh.
Kesabaran adalah ujian iman. Allah berfirman melalui sabda Nabi ﷺ, إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِى بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ — “Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua hal yang dicintainya (yaitu kedua matanya) lalu dia bersabar, maka Aku gantikan keduanya dengan surga.” (HR. Al-Bukhari). Sabar yang sejati menuntut pengorbanan besar, dan balasannya pun tidak main-main: surga.
Sikap ini bukan pasif. Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda, عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ... — “Menakjubkan urusan orang mukmin, karena seluruh urusannya adalah kebaikan. Bila mendapat nikmat ia bersyukur, dan itu baik baginya. Bila tertimpa musibah ia bersabar, dan itu pun baik baginya.” (HR. Muslim). Bagi orang beriman, sabar adalah pilihan sadar untuk tetap berpijak pada keimanan meskipun dunia terasa runtuh.
Nabi juga mengajarkan bahwa sabar adalah pemberian Allah yang paling luas. Dalam satu kesempatan, beliau ditanya oleh kaum Anshar dan terus memberi hingga habis hartanya. Lalu beliau berkata, وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ — “Barang siapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya sabar. Dan tidaklah seseorang diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Abu Dawud). Sabar bukan datang tiba-tiba, tapi buah dari upaya dan latihan.
Kehidupan sosial pun menuntut kesabaran. Rasulullah ﷺ bersabda, الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ... — “Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih besar pahalanya dibandingkan mukmin yang tidak bergaul dan tidak bersabar.” (HR. Ibnu Majah). Artinya, keberanian untuk tetap sabar dalam interaksi sosial adalah bagian dari keutamaan iman.
Kehidupan sosial pun menuntut kesabaran. Rasulullah ﷺ bersabda, الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ... — “Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih besar pahalanya dibandingkan mukmin yang tidak bergaul dan tidak bersabar.” (HR. Ibnu Majah). Artinya, keberanian untuk tetap sabar dalam interaksi sosial adalah bagian dari keutamaan iman.
Bahkan dalam strategi hidup dan perjuangan, sabar memegang peran sentral. Rasulullah ﷺ pernah berkata kepada Ibnu Abbas, وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ — “Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama dengan kesabaran.” (HR. Al-Hakim). Pertolongan ilahi tidak datang kepada mereka yang tergesa-gesa, melainkan kepada mereka yang istiqamah dalam sabar.
Dalam setiap musibah yang datang, sabar adalah perisai. Ia tidak serta-merta menghapus rasa sakit, tapi mengajarkan makna menerima, memahami, dan tetap melangkah dengan keimanan yang utuh. Sabar adalah seni beriman dalam badai.
Di masa ketika segala hal dituntut serba cepat dan instan, sabar menjadi nilai langka. Namun justru karena kelangkaannya, ia menjadi mulia. Dalam sabar terdapat kekuatan untuk bangkit, kekuatan untuk menahan diri dari keputusasaan, dan kekuatan untuk tetap percaya bahwa semua ada waktunya.
Bersabar bukan hanya menanti, tapi berjuang dalam diam. Dan bagi mereka yang mampu bersabar, janji Allah bukan sekadar kata-kata, melainkan kepastian yang telah tercatat. Surga, ampunan, dan pertolongan—allahu Akbar, betapa besar karunia dari satu sikap: sabar.
Dalam setiap musibah yang datang, sabar adalah perisai. Ia tidak serta-merta menghapus rasa sakit, tapi mengajarkan makna menerima, memahami, dan tetap melangkah dengan keimanan yang utuh. Sabar adalah seni beriman dalam badai.
Di masa ketika segala hal dituntut serba cepat dan instan, sabar menjadi nilai langka. Namun justru karena kelangkaannya, ia menjadi mulia. Dalam sabar terdapat kekuatan untuk bangkit, kekuatan untuk menahan diri dari keputusasaan, dan kekuatan untuk tetap percaya bahwa semua ada waktunya.
Bersabar bukan hanya menanti, tapi berjuang dalam diam. Dan bagi mereka yang mampu bersabar, janji Allah bukan sekadar kata-kata, melainkan kepastian yang telah tercatat. Surga, ampunan, dan pertolongan—allahu Akbar, betapa besar karunia dari satu sikap: sabar.
(*)