LANGGAMPOS.NET - Dalam ajaran Islam, segala ciptaan Allah Swt. diyakini tidak ada yang sia-sia. Setiap makhluk yang diciptakan memiliki tujuan dan hikmah tersendiri, termasuk penciptaan babi.
Salah satu pertanyaan yang sering muncul dari kalangan non-Muslim maupun sebagian umat Islam sendiri adalah:
Jika babi haram dikonsumsi, mengapa Allah Swt. tetap menciptakan babi dalam jumlah besar?
Apakah tidak bertentangan dengan prinsip bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu tanpa manfaat?
Untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita simak sebuah kisah inspiratif dari seorang cendekiawan Muslim terkenal, yaitu Imam Muhammad Abduh, ketika beliau berkunjung ke Prancis.
Untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita simak sebuah kisah inspiratif dari seorang cendekiawan Muslim terkenal, yaitu Imam Muhammad Abduh, ketika beliau berkunjung ke Prancis.
Kisah ini tidak hanya menjawab dengan bijaksana, tapi juga membuka tabir tentang hikmah diciptakannya babi dan alasan mendalam di balik pengharamannya dalam Islam.
Dialog Penuh Hikmah: Imam Muhammad Abduh dan Orang Eropa
Dalam sebuah kesempatan, sekelompok orang Eropa bertanya kepada Muhammad Abduh:
"Kalian (umat Islam) mengatakan bahwa babi haram karena memakan sampah yang mengandung cacing pita, mikroba, dan bakteri-bakteri lainnya. Tapi sekarang babi sudah dipelihara di peternakan modern yang bersih dan steril. Bagaimana mungkin babi-babi itu masih berbahaya dan terjangkit penyakit? Kenapa masih dilarang?"
Pertanyaan itu tidak langsung dijawab oleh Muhammad Abduh. Beliau memilih cara yang lebih cerdas dan menyentuh nurani. Ia meminta mereka menghadirkan dua ekor ayam jantan dan satu ayam betina, serta dua ekor babi jantan dan satu babi betina.
Mereka pun bertanya:
"Untuk apa semua ini?"
Muhammad Abduh menjawab:
"Penuhi permintaan saya, dan saya akan tunjukkan kepada kalian suatu rahasia."
Setelah semua hewan disiapkan sesuai permintaan, beliau memerintahkan agar dua ayam jantan dan satu ayam betina dilepaskan dalam satu kandang. Apa yang terjadi? Kedua ayam jantan langsung berkelahi dengan sengit demi memperebutkan si betina. Salah satu ayam jantan bahkan hampir mati dalam pertarungan itu.
Kemudian, Abduh meminta dua ayam jantan tersebut dipisahkan. Lalu giliran babi. Dua ekor babi jantan dan satu betina dimasukkan dalam satu kandang. Kali ini mereka menyaksikan pemandangan yang mengejutkan. Tidak ada perkelahian. Babi jantan yang satu malah membantu temannya melakukan hubungan dengan babi betina, tanpa rasa cemburu, harga diri, atau naluri menjaga pasangannya.
Melihat kejadian itu, Muhammad Abduh berkata:
"Saudara-saudara, daging babi membunuh keinginan (ghirah) dan rasa cemburu dalam diri orang yang memakannya. Seorang pria yang terbiasa makan babi akan menjadi lelaki yang tidak peduli jika melihat istrinya bersama pria lain. Seorang ayah pun bisa saja membiarkan anak perempuannya bergaul bebas dengan lelaki asing tanpa rasa was-was. Daging babi akan menularkan sifat-sifat hewannya kepada manusia yang memakannya."
Syariat Islam dan Ilmu Kedokteran Modern
Muhammad Abduh juga menjelaskan bahwa beberapa hewan lain pun bisa menjadi haram bila memakan najis atau kotoran. Dalam syariat Islam, hewan seperti ayam, bebek, atau angsa yang diketahui memakan kotoran sendiri tidak boleh langsung disembelih. Hewan tersebut harus dikurung selama tiga hari, diberi makan bersih, dan dijaga pola makannya hingga bebas dari najis sebelum disembelih. Ini menunjukkan perhatian Islam terhadap kebersihan dan kesehatan.
Ilmu kedokteran modern pun telah membuktikan bahwa daging babi mengandung risiko kesehatan yang tinggi. Daging ini dapat menjadi sumber penyakit seperti cacing pita, virus hepatitis E, dan berbagai parasit berbahaya lainnya. Meski diternak secara modern, beberapa sifat biologis dari babi tidak bisa dihilangkan, termasuk tingginya kadar lemak jenuh dan potensi infeksi.
Hikmah Diciptakannya Babi Menurut Islam
Dari kisah dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hikmah di balik penciptaan babi dalam Islam:
1. Sebagai Pelajaran Moral
Babi menjadi simbol perilaku buruk seperti hilangnya rasa malu, harga diri, dan kecemburuan terhadap pasangan. Manusia diajarkan untuk tidak meniru sifat-sifat buruk ini.
2. Peringatan Kesehatan
Daging babi mengandung berbagai penyakit berbahaya. Pengharaman ini adalah bentuk kasih sayang Allah Swt. kepada umat manusia agar terhindar dari bahaya kesehatan.
3. Pembuktian Kebenaran Syariat
Penelitian ilmiah modern membuktikan bahwa larangan Rasulullah Saw. terhadap konsumsi daging babi bukan tanpa alasan. Ini menjadi bukti bahwa Islam selaras dengan ilmu pengetahuan.
4. Ujian Ketaatan
Pengharaman babi juga menjadi ujian ketaatan bagi umat Islam, apakah mereka mengikuti perintah Allah dan Rasul atau hanya mengejar logika duniawi semata.
Penutup
Dalam pandangan Islam, setiap ciptaan Allah Swt. memiliki tujuan yang jelas, termasuk babi. Meski haram untuk dikonsumsi, babi tetap mengandung pelajaran penting bagi manusia, baik dari sisi moral, spiritual, maupun ilmiah.
Dialog Penuh Hikmah: Imam Muhammad Abduh dan Orang Eropa
Dalam sebuah kesempatan, sekelompok orang Eropa bertanya kepada Muhammad Abduh:
"Kalian (umat Islam) mengatakan bahwa babi haram karena memakan sampah yang mengandung cacing pita, mikroba, dan bakteri-bakteri lainnya. Tapi sekarang babi sudah dipelihara di peternakan modern yang bersih dan steril. Bagaimana mungkin babi-babi itu masih berbahaya dan terjangkit penyakit? Kenapa masih dilarang?"
Pertanyaan itu tidak langsung dijawab oleh Muhammad Abduh. Beliau memilih cara yang lebih cerdas dan menyentuh nurani. Ia meminta mereka menghadirkan dua ekor ayam jantan dan satu ayam betina, serta dua ekor babi jantan dan satu babi betina.
Mereka pun bertanya:
"Untuk apa semua ini?"
Muhammad Abduh menjawab:
"Penuhi permintaan saya, dan saya akan tunjukkan kepada kalian suatu rahasia."
Setelah semua hewan disiapkan sesuai permintaan, beliau memerintahkan agar dua ayam jantan dan satu ayam betina dilepaskan dalam satu kandang. Apa yang terjadi? Kedua ayam jantan langsung berkelahi dengan sengit demi memperebutkan si betina. Salah satu ayam jantan bahkan hampir mati dalam pertarungan itu.
Kemudian, Abduh meminta dua ayam jantan tersebut dipisahkan. Lalu giliran babi. Dua ekor babi jantan dan satu betina dimasukkan dalam satu kandang. Kali ini mereka menyaksikan pemandangan yang mengejutkan. Tidak ada perkelahian. Babi jantan yang satu malah membantu temannya melakukan hubungan dengan babi betina, tanpa rasa cemburu, harga diri, atau naluri menjaga pasangannya.
Melihat kejadian itu, Muhammad Abduh berkata:
"Saudara-saudara, daging babi membunuh keinginan (ghirah) dan rasa cemburu dalam diri orang yang memakannya. Seorang pria yang terbiasa makan babi akan menjadi lelaki yang tidak peduli jika melihat istrinya bersama pria lain. Seorang ayah pun bisa saja membiarkan anak perempuannya bergaul bebas dengan lelaki asing tanpa rasa was-was. Daging babi akan menularkan sifat-sifat hewannya kepada manusia yang memakannya."
Syariat Islam dan Ilmu Kedokteran Modern
Muhammad Abduh juga menjelaskan bahwa beberapa hewan lain pun bisa menjadi haram bila memakan najis atau kotoran. Dalam syariat Islam, hewan seperti ayam, bebek, atau angsa yang diketahui memakan kotoran sendiri tidak boleh langsung disembelih. Hewan tersebut harus dikurung selama tiga hari, diberi makan bersih, dan dijaga pola makannya hingga bebas dari najis sebelum disembelih. Ini menunjukkan perhatian Islam terhadap kebersihan dan kesehatan.
Ilmu kedokteran modern pun telah membuktikan bahwa daging babi mengandung risiko kesehatan yang tinggi. Daging ini dapat menjadi sumber penyakit seperti cacing pita, virus hepatitis E, dan berbagai parasit berbahaya lainnya. Meski diternak secara modern, beberapa sifat biologis dari babi tidak bisa dihilangkan, termasuk tingginya kadar lemak jenuh dan potensi infeksi.
Hikmah Diciptakannya Babi Menurut Islam
Dari kisah dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hikmah di balik penciptaan babi dalam Islam:
1. Sebagai Pelajaran Moral
Babi menjadi simbol perilaku buruk seperti hilangnya rasa malu, harga diri, dan kecemburuan terhadap pasangan. Manusia diajarkan untuk tidak meniru sifat-sifat buruk ini.
2. Peringatan Kesehatan
Daging babi mengandung berbagai penyakit berbahaya. Pengharaman ini adalah bentuk kasih sayang Allah Swt. kepada umat manusia agar terhindar dari bahaya kesehatan.
3. Pembuktian Kebenaran Syariat
Penelitian ilmiah modern membuktikan bahwa larangan Rasulullah Saw. terhadap konsumsi daging babi bukan tanpa alasan. Ini menjadi bukti bahwa Islam selaras dengan ilmu pengetahuan.
4. Ujian Ketaatan
Pengharaman babi juga menjadi ujian ketaatan bagi umat Islam, apakah mereka mengikuti perintah Allah dan Rasul atau hanya mengejar logika duniawi semata.
Penutup
Dalam pandangan Islam, setiap ciptaan Allah Swt. memiliki tujuan yang jelas, termasuk babi. Meski haram untuk dikonsumsi, babi tetap mengandung pelajaran penting bagi manusia, baik dari sisi moral, spiritual, maupun ilmiah.
Oleh karena itu, larangan terhadap daging babi bukan semata larangan tanpa dasar, melainkan bentuk kasih sayang Allah yang ingin menjaga kehormatan, kesehatan, dan akhlak umat-Nya.
(*)