LANGGAMPOS.NET - Tesla akhirnya melepas robotaksi pertamanya di jalanan Austin, Texas. Uji coba terbatas ini menjadi langkah awal dari ambisi Elon Musk, menjadikan jutaan Tesla sebagai armada swakemudi penuh dalam waktu satu tahun.
Robotaksi sendiri adalah mobil tanpa sopir (autonomous vehicle) yang dirancang untuk mengangkut penumpang seperti taksi biasa, tapi tanpa pengemudi manusia.
Kendaraan ini dikendalikan sepenuhnya oleh sistem kecerdasan buatan (AI), menggunakan sensor seperti kamera, radar, GPS, dan algoritma pembelajaran mesin untuk membaca situasi jalan dan mengambil keputusan layaknya sopir sungguhan.
Tujuan utamanya adalah menjadi layanan transportasi umum yang efisien dan hemat biaya, karena tidak perlu membayar sopir.
Dalam uji coba ini, sekitar selusin Model Y dipantau ketat. Ada operator jarak jauh, penumpang pengawas, hingga pembatasan cuaca buruk. Penumpangnya pun dipilih, mayoritas merupakan influencer pro-Tesla.
Musk menjanjikan peluncuran besar-besaran. Tapi para pakar otonom menilai ekspansi kilat ini jauh dari realistis. "Ini seperti bilang mau ke Mars, tapi baru sampai Cleveland," kata Bryant Walker Smith, pakar hukum kendaraan otonom dari University of South Carolina.
Tesla memang punya keunggulan. Ia pabrikan besar, bisa mengirim pembaruan perangkat lunak dari jarak jauh, dan hanya mengandalkan kamera serta AI, tanpa radar atau lidar seperti rivalnya, Waymo.
Namun pendekatan ini juga membawa risiko. Satu video penumpang menunjukkan robotaksi Tesla masuk ke jalur salah selama enam detik.
Mobil lain melaju 10 mph di atas batas kecepatan, tepat di depan sekolah untuk tuna rungu. Kesalahan kecil, tapi cukup untuk memicu pertanyaan soal keselamatan.
Waymo, yang sudah membangun 1.500 robotaksi sejak 2015, menempuh jalan lebih konservatif dan mahal. Tesla memilih jalur cepat, dengan janji bahwa setiap mobilnya bisa jadi robotaksi hanya lewat pembaruan software.
"Kalau software-nya berhasil, Tesla bisa jalan di mana saja," ujar analis Morningstar, Seth Goldstein. Tapi, katanya, Tesla masih dalam tahap uji.
Elon Musk tetap optimistis. April lalu, ia mengatakan jutaan Tesla akan berkendara sendiri tanpa pengawasan akhir tahun depan.
Para analis terbagi. Ada yang melihat Tesla bisa menyalip karena infrastrukturnya kuat. Ada juga yang memperingatkan soal krisis kepercayaan jika robotaksi terbukti ceroboh.
Satu hal yang pasti: keberhasilan Tesla tak hanya soal teknologi, tapi juga membangun keyakinan publik bahwa mobil tanpa sopir bisa selamat sampai tujuan. Tanpa drama, dan tanpa kejutan.
(*)