Mayoritas Mata Uang Asia Melemah, Dolar AS Menguat Seiring Ekspektasi The Fed Tetap Ketat

Mayoritas Mata Uang Asia Melemah, Dolar AS Menguat Seiring Ekspektasi The Fed Tetap Ketat

11/20/2025,
Mayoritas Mata Uang Asia Melemah, Dolar AS Menguat Seiring Ekspektasi The Fed Tetap Ketat


Intisari

  • Mayoritas mata uang Asia melemah pagi ini karena dolar AS kembali menembus level psikologis 100.
  • Rupiah tercatat sebagai mata uang dengan pelemahan terbesar kedua setelah ringgit Malaysia.
  • Penguatan dolar dipicu perubahan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter The Federal Reserve.



LANGGAMPOS.NET - Mayoritas mata uang Asia kembali tertekan pada perdagangan pagi, Kamis, 20 November 2025. Dolar AS menguat, mendorong pelemahan seragam di hampir seluruh kurs regional. Data Refinitiv per 09.25 WIB menunjukkan indeks dolar AS (DXY) kembali menembus level psikologis 100, sebuah sinyal kuat bahwa pasar global tengah bergerak mencari aset aman.

Ringgit Malaysia mencatat pelemahan terdalam dengan koreksi 0,31 persen ke MYR 4,161 per dolar AS. Rupiah menjadi mata uang dengan penurunan terbesar kedua setelah melemah 0,30 persen ke Rp16.740 per dolar AS. Peso Filipina menyusul dengan koreksi 0,23 persen ke PHP 59,095 per dolar AS.

Tekanan juga menghampiri yen Jepang, yang turun 0,17 persen ke JPY 157,41 per dolar AS. Pelemahan yen berlangsung di tengah ekspektasi stimulus jumbo dari pemerintahan Jepang. Di kawasan Asia lain, baht Thailand melemah 0,15 persen, dolar Taiwan terkoreksi 0,13 persen, won Korea turun 0,09 persen. Yuan China melemah 0,09 persen, menambah indikasi tekanan menyeluruh kawasan Asia.

Sementara itu, hanya dong Vietnam yang bergerak positif. Mata uang tersebut mencatat penguatan tipis 0,02 persen ke VND 26.371 per dolar AS, menjadikannya satu-satunya kurs yang menahan tekanan.

Kenaikan dolar AS terjadi setelah indeks DXY menguat 0,05 persen ke posisi 100,282, level tertinggi sejak 5 November 2025. Penguatan ini melanjutkan kenaikan 0,68 persen pada perdagangan sebelumnya. Tren tersebut dipengaruhi perubahan ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).

Probabilitas pemangkasan suku bunga pada pertemuan FOMC Desember turun signifikan dari 42,4 persen menjadi sekitar 33 persen. Penurunan ekspektasi ini merefleksikan pandangan bahwa The Fed masih solid mempertahankan sikap kebijakan ketat di tengah ketidakpastian ekonomi.

Notulen rapat The Fed yang dirilis pekan ini menunjukkan sebagian anggota komite menganggap pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat “tidak tepat”. Sikap berhati-hati itu memperkuat minat pasar terhadap dolar sebagai safe haven.

Selain itu, pasar masih menunggu rilis data tenaga kerja AS, termasuk laporan non-farm payrolls September yang tertunda akibat penutupan sementara pemerintahan federal. Pemerintah AS juga mengonfirmasi bahwa data payroll Oktober dan November tidak akan diterbitkan sebelum FOMC Desember. Kekosongan indikator ini menambah ketidakpastian arah kebijakan moneter.

Situasi inilah yang membuat investor memilih dolar, mendorong pelemahan mayoritas mata uang Asia pada perdagangan pagi ini.


(*)






Tag Keyword SEO:
mata uang Asia, pelemahan rupiah, dolar AS menguat, indeks DXY, kebijakan The Fed, kurs Asia hari ini, nilai tukar rupiah, pasar valuta asing, FOMC Desember, ekonomi global

TerPopuler

close