LANGGAMPOST.NET - Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, overthinking bukan hal langka. Kita menganalisis ulang percakapan, mencemaskan masa depan, atau merasa bersalah atas hal-hal kecil. Awalnya terlihat sepele, tapi jika dibiarkan, overthinking bisa menjadi racun mental dan merusak kesehatan.
Psikolog menyebut overthinking sebagai salah satu penyebab utama stres kronis. Ia memicu gangguan tidur, menurunkan produktivitas, hingga melemahkan sistem imun. Lebih jauh, overthinking bisa menjadi pintu masuk bagi kecemasan, depresi, dan burnout.
1. Sadari Polanya
Langkah pertama adalah menyadari kapan Anda mulai overthinking. Biasanya ditandai dengan pertanyaan berulang seperti “Bagaimana jika…” atau “Seandainya tadi…”. Saat pola itu muncul, berhenti sejenak. Sadari bahwa Anda sedang membebani pikiran tanpa hasil konkret.
2. Tulis, Jangan Simpan di Kepala
Alih-alih memutar ulang pikiran di dalam kepala, tuangkan ke kertas. Menulis bisa membantu Anda melihat persoalan secara objektif. Ini bukan curhat, tapi cara untuk mengurai simpul-simpul pikiran yang membelit.
3. Tentukan Batas Waktu untuk Pikirkan Masalah
Tentukan waktu khusus untuk menganalisis. Misalnya, 15 menit setiap malam untuk merenung. Di luar waktu itu, latih diri untuk kembali fokus ke aktivitas nyata. Ini teknik yang sering dipakai dalam terapi perilaku kognitif.
4. Gerakkan Tubuh Anda
Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, bersepeda, atau sekadar stretching ringan bisa menghentikan siklus overthinking. Saat tubuh bergerak, otak terdistraksi dengan endorfin—hormon penenang alami yang membuat pikiran lebih jernih.
5. Ganti Fokus dengan Aksi Kecil
Seringkali, overthinking terjadi karena terlalu banyak rencana tanpa tindakan. Maka, ambil langkah kecil. Kirim email itu sekarang. Bicara langsung. Buat keputusan. Aksi adalah obat terbaik untuk pikiran yang berputar-putar.
Overthinking tidak bisa dihilangkan sepenuhnya. Tapi ia bisa dikendalikan. Kuncinya adalah kesadaran, disiplin, dan konsistensi. Karena jika dibiarkan, overthinking bukan cuma mencuri waktu, tapi juga menggerogoti kesehatan.
(*)