LANGGAMPOST.NET - Dalam Islam, pahala bisa terus mengalir setelah kematian lewat amal jariyah. Namun, hal sebaliknya juga berlaku. Keburukan yang kita tinggalkan bisa menjadi dosa yang tidak berhenti, bahkan setelah nyawa berpisah dari raga.
Dosa jariyah adalah dosa yang terus mengalir karena seseorang meninggalkan jejak buruk yang diikuti orang lain. Rasulullah ﷺ mengingatkan, siapa yang mengajak kepada kesesatan, ia akan menanggung dosanya dan dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa pelaku itu sedikit pun.
Contoh dosa jariyah di masa lalu bisa berupa membangun tempat maksiat, menyebarkan ajaran yang menyimpang, atau meninggalkan kebiasaan buruk yang dicontoh orang lain. Selama perbuatan itu terus diikuti, dosa akan terus mengalir.
Di era digital, bentuknya semakin luas. Mengunggah konten yang mengajarkan maksiat, menyebarkan berita bohong, atau membuat lelucon yang melecehkan agama, semua bisa menjadi sumber dosa jariyah. Bahkan, jika konten itu tetap tersebar di internet bertahun-tahun, dosa akan terus mengalir ke pembuatnya.
Dosa jariyah sering kali luput dari perhatian karena efeknya tidak langsung terasa. Pelaku mungkin sudah meninggal, tetapi keburukannya tetap hidup lewat pengaruh yang ia tinggalkan.
Kondisi ini seharusnya membuat setiap Muslim berhati-hati. Sebab, apa pun yang kita perbuat atau kita sebarkan bisa menjadi warisan, entah pahala atau dosa.
Para ulama menganjurkan untuk selalu menutup pintu keburukan sebelum terlambat. Jika pernah membuat konten atau mengajarkan hal yang salah, segeralah bertaubat dan berusaha menghapus pengaruhnya.
Dosa jariyah mengingatkan kita bahwa meninggalkan dunia bukan akhir dari segalanya. Ada perhitungan yang terus berjalan, bahkan ketika kita sudah tak bisa menambah amal. Maka, pastikan yang kita tinggalkan adalah kebaikan, bukan keburukan.
(*)
