LANGGAMPOST.NET - Dalam Islam, setiap amal ibadah tidak hanya dinilai dari bentuknya, tapi juga dari niat yang mendasarinya. Niat menjadi penentu apakah ibadah diterima Allah atau justru sia-sia. Salah satu penyakit hati yang sering kali menggerogoti niat adalah riya—keinginan beribadah agar dilihat orang lain.
Apa Itu Riya?
Riya secara sederhana adalah pamer dalam ibadah. Seseorang shalat lebih khusyuk jika dilihat orang, bersedekah karena ingin dipuji, atau beramal hanya untuk mendapat status sosial. Padahal, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya: "Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Riya."
(HR. Ahmad)
Dari hadis ini, jelas bahwa riya tergolong syirik kecil. Walau tidak mengeluarkan seseorang dari Islam, riya bisa menghapus pahala amal yang dikerjakan.
Amal yang Kosong dari Nilai
Bahaya riya terletak pada hilangnya keikhlasan. Amal yang tampak besar di mata manusia, bisa jadi tidak bernilai sama sekali di sisi Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah memperingatkan:
"Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat riya."
(QS. Al-Ma’un: 4–6)
Ayat ini menegaskan bahwa ibadah yang dicampuri riya akan membawa celaka, bukan keselamatan.
Cara Menghindari Riya
Menghindari riya bukan perkara mudah. Hati manusia mudah goyah, apalagi ketika mendapat pujian. Salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu berdoa agar dijauhkan dari riya – Rasulullah ﷺ mengajarkan doa: “Allahumma inni a’udzu bika an usyrika bika syai’an a’lamuhu, wa astaghfiruka lima la a’lamuhu” (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu dengan sesuatu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu dari sesuatu yang tidak aku ketahui).
Penutup
Riya adalah penyakit hati yang bisa merusak amal tanpa terasa. Ibadah yang seharusnya menjadi jalan menuju surga, bisa berubah menjadi beban sia-sia jika niat tidak ikhlas. Karena itu, menjaga hati lebih penting daripada memperbanyak amal di mata manusia.
Dalam Islam, setiap amal ibadah tidak hanya dinilai dari bentuknya, tapi juga dari niat yang mendasarinya. Niat menjadi penentu apakah ibadah diterima Allah atau justru sia-sia. Salah satu penyakit hati yang sering kali menggerogoti niat adalah riya, keinginan beribadah agar dilihat orang lain.