Demam AI Picu Perlombaan Data Center Antariksa: Raksasa Teknologi Berebut Energi Matahari di Luar Bumi

Demam AI Picu Perlombaan Data Center Antariksa: Raksasa Teknologi Berebut Energi Matahari di Luar Bumi

11/18/2025,
Demam AI Picu Perlombaan Data Center Antariksa: Raksasa Teknologi Berebut Energi Matahari di Luar Bumi



LANGGAMPOS.NET - Raksasa teknologi mempercepat pembangunan data center AI yang haus energi. Lonjakan kebutuhan listrik dan air membuat industri global menghadapi krisis pasokan energi, memicu gagasan ekstrem: memindahkan pusat komputasi ke luar angkasa.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan keadaan darurat energi. Pemerintah menilai permintaan listrik akan melonjak drastis dalam beberapa tahun ke depan, sementara perusahaan AI mulai membangun pembangkit darurat sendiri. Perusahaan xAI milik Elon Musk sudah mengoperasikan turbin gas sementara. OpenAI mendorong pemerintah menggandeng industri guna menambah kapasitas hingga 100 gigawatt per tahun.

Di tengah keterbatasan pasokan energi Bumi, sejumlah pengusaha teknologi mulai melirik Bulan sebagai lokasi data center orbit.

“Bulan adalah anugerah dari alam semesta,” ujar Jeff Bezos, menggambarkan peran Bulan sebagai pangkalan peluncuran proyek luar angkasa.

Pernyataan itu muncul ketika Blue Origin dan SpaceX terus menekan biaya perjalanan antariksa. Pada saat yang sama, para investor kesulitan membedakan mana yang lebih dekat: pangkalan Bulan atau AI superintelijen. Kekhawatiran gelembung baru, ‘AI bubble’, mengemuka.

Meski secara ekonomi belum masuk akal, analis seperti Phil Metzger dari University of Central Florida mengatakan data center luar angkasa bisa menjadi nyata dalam satu dekade. Ia menyebut ide tersebut sebagai “contoh bisnis pertama yang dapat mendorong migrasi manusia keluar Bumi.”

Empat puluh tahun lalu, film *Back to the Future* menyoroti kebutuhan daya 1,21 gigawatt sebagai syarat perjalanan waktu. Kini, kebutuhan daya AI meningkat begitu besar hingga muncul keyakinan bahwa fasilitas komputasi masa depan harus berpindah ke orbit, memanen energi matahari tanpa henti.

Bos-Bos Penjajah Antariksa

Sinar matahari di luar angkasa tak terhalang awan, badai, atau malam hari. Pendinginan lebih efisien karena ruang hampa. Dan yang terpenting: tak ada regulasi yang memperlambat pembangunan pembangkit.

“Kita akan mampu mengalahkan biaya data center terestrial di luar angkasa dalam beberapa dekade mendatang,” kata Bezos di sebuah konferensi teknologi.

“Luar angkasa pada akhirnya akan menjadi salah satu tempat yang terus membuat Bumi lebih baik,” ia menambahkan.

Google memilih langkah konservatif lewat Project Suncatcher, sebuah moonshot untuk menguji pembelajaran mesin di orbit. Dua satelit prototipe akan diluncurkan pada 2027.

“Seperti halnya moonshot, ini akan mengharuskan kami memecahkan banyak tantangan teknik yang rumit,” tulis Sundar Pichai.

Sementara itu, Nvidia menggandeng Starcloud untuk mengembangkan data center luar angkasa. Musk melukiskan visi lebih agresif: armada satelit Starlink AI bertenaga surya dengan laser berkecepatan tinggi sebagai tulang punggung data center orbitnya.

Ia mengklaim satelit tersebut akan menghasilkan 100 gigawatt daya surya per tahun—sekitar seperempat konsumsi tahunan Amerika Serikat.

“Kami telah merencanakannya,” ujarnya kepada investor Ron Baron.

Musk menambahkan bahwa kemampuan itu bisa tercapai dalam empat hingga lima tahun. Ia bahkan melontarkan ide lebih liar: 100 terawatt per tahun dari pangkalan Bulan yang memproduksi satelit bertenaga surya dan meluncurkannya ke orbit dengan penggerak massa, semacam ketapel raksasa.

Singkatnya, pabrik satelit di Bulan akan memproduksi dan melemparkan pesawat kecil ke orbit untuk menghasilkan 100.000 gigawatt daya tahunan.

“Saya pikir kita akan melihat kecerdasan terus berkembang hingga ke titik di mana sebagian besar tenaga matahari dimanfaatkan untuk komputasi,” kata Musk dalam konferensi teknologi pada September lalu.

(*)



Tag SEO:

data center antariksa,AI luar angkasa,krisis energi data center,Blue Origin,SpaceX,Elon Musk,Jeff Bezos,proyek Suncatcher Google,Nvidia Starcloud,data center bulan,energi matahari orbit,krisis listrik Amerika,AI superintelijen

TerPopuler

close