Iklan

Langgapos Net
Redaksi
7/03/2025, 20:56 WIB
Last Updated 2025-07-03T13:56:51Z
Langgam Religi

Taghaaful: Berpura-pura Tidak Tahu Supaya Hidup Menjadi Lebih Tenang

 
Interaksi-Sosial-Sehari-hari


LANGGAMPOST.NET - Manusia tak pernah lepas dari interaksi. Di rumah, kantor, hingga media sosial, selalu ada gesekan kecil seperti ucapan menyakitkan, perilaku tidak menyenangkan, atau sikap yang menguji kesabaran. Di sinilah taghaaful hadir sebagai seni hidup: berpura-pura tidak tahu untuk menjaga kerukunan dalam kehidupan sosial.

Apa Itu Taghaaful dan Tajaahul?

Banyak yang mengira taghaaful sama dengan tajaahul. Padahal berbeda. Taghaaful adalah bentuk toleransi tinggi, kita tahu seseorang melakukan kesalahan, tapi memilih diam demi menjaga hubungan. 

Sementara tajaahul adalah bentuk pengabaian. Kita sadar, tapi sengaja tak peduli. Biasanya dipakai saat relasi sudah tak perlu dipertahankan.

Mengapa Taghaaful Perlu?

Tak semua kesalahan layak dikoreksi. Ada yang cukup diabaikan. Misalnya kesalahan kecil dari pasangan, sahabat, atau kolega. Dengan bersikap taghaaful, kita menahan diri dari perdebatan yang tak perlu. Ini bukan kelemahan, tapi kedewasaan. 

Orang Arab bahkan berkata bahwa pemimpin sejati bukan yang tahu segalanya, tapi yang tahu kapan harus menutup mata.

Contoh Nyata dari Nabi

Rasulullah ﷺ adalah teladan tertinggi dalam seni taghaaful. Saat dihina oleh orang Quraisy, beliau menjawab dengan tenang. Saat diperlakukan kasar oleh orang Badui, beliau tersenyum dan memberi. 

Bahkan dalam rumah tangga, beliau memilih diam atas sebagian kesalahan istrinya. Bukan karena Nabi tidak tahu, tapi karena beliau memilih untuk berlapang dada.

Kapan Taghaaful Tidak Cukup?

Jika kesalahan menyakiti berulang kali, atau menyalahi hak orang lain, maka diam bukan solusi. 

Islam tetap mengajarkan untuk berkata benar, menegur dengan bijak, bahkan bertindak jika perlu. Taghaaful hanya berlaku untuk perkara yang tidak membahayakan.

Kesimpulan

Dalam dunia yang mudah tersinggung dan cepat bereaksi, taghaaful adalah seni yang membuat hidup lebih tenang. 

Ia bukan pelarian, tapi pilihan sadar untuk menjaga akhlak, relasi, dan kewarasan. Karena tidak semua hal harus ditanggapi. Kadang, cukup dibalas senyum dan lanjutkan langkah.
Advertisement
close