- Festival Dalang Topeng Remaja digelar sebagai upaya pembinaan dan pelestarian budaya di Sumenep
- Bupati menekankan pentingnya regenerasi seniman muda agar seni topeng tetap relevan di era digital
- Pemerintah daerah berharap kolaborasi sanggar, sekolah, dan komunitas budaya terus diperkuat
langgampos.net - Sumenep - Festival Dalang Topeng Tingkat Remaja 2025 kembali digelar di Pendopo Agung Keraton Sumenep sebagai upaya pelestarian budaya sekaligus penguatan regenerasi seniman muda.
Kegiatan ini menjadi ruang pembinaan yang relevan di tengah kebutuhan menjaga seni tradisi tetap hidup di era digital, menghadirkan keyword pelestarian budaya Sumenep, seni topeng remaja, serta pembinaan seniman muda sebagai fokus utama pemberitaan.
Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo mengatakan seni dalang topeng merupakan warisan budaya bernilai tinggi yang harus dijaga keberlanjutannya.
Ia menegaskan, pelibatan generasi muda menjadi kunci agar kesenian ini tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang mengikuti zaman.
“Festival ini bukan sekadar perlombaan, tetapi adalah ruang belajar, ruang tumbuh, dan ruang regenerasi dalam rangka menjaga tradisi daerah tetap hidup sepanjang masa,” kata Bupati.
Menurutnya, derasnya arus budaya global membuat minat generasi muda terhadap seni lokal cenderung menurun.
“Festival ini bukan sekadar perlombaan, tetapi adalah ruang belajar, ruang tumbuh, dan ruang regenerasi dalam rangka menjaga tradisi daerah tetap hidup sepanjang masa,” kata Bupati.
Menurutnya, derasnya arus budaya global membuat minat generasi muda terhadap seni lokal cenderung menurun.
Karena itu, festival menjadi sarana penting menghidupkan kembali kebanggaan terhadap budaya sendiri.
“Apabila pemerintah daerah tidak memberikan panggung bagi seni tradisi, tentu saja lambat laun ia tenggelam, jadi salah satu upaya melalui festival ini untuk memastikan seni topeng tetap relevan,” terangnya.
Ia mendorong sanggar seni, sekolah, dan komunitas budaya terus memperkuat kolaborasi dalam pembinaan generasi muda yang berminat pada pedalangan topeng.
“Kami ingin mereka tidak berhenti hanya pada festival, tetapi harus mendapat ruang untuk tampil, berlatih, dan mengembangkan bakatnya,” ujar Bupati.
Festival ini diikuti lima peserta dari berbagai sanggar, di antaranya Zaffrikal Agwiansyah, Zainul Ahkam, Ayu Kartika Sari, Moh. Zakil Ulum, dan Naraswira Syahgama. Pemerintah daerah menegaskan pelestarian budaya membutuhkan kesinambungan lintas generasi serta dukungan masyarakat dan pemerintah.
“Festival ini adalah pijakan awal untuk memastikan identitas daerah agar tetap kuat, sekaligus generasi muda meneruskannya, demi melestarikan budaya sebagai bagian membangun jati diri,” tutupnya.
“Apabila pemerintah daerah tidak memberikan panggung bagi seni tradisi, tentu saja lambat laun ia tenggelam, jadi salah satu upaya melalui festival ini untuk memastikan seni topeng tetap relevan,” terangnya.
Ia mendorong sanggar seni, sekolah, dan komunitas budaya terus memperkuat kolaborasi dalam pembinaan generasi muda yang berminat pada pedalangan topeng.
“Kami ingin mereka tidak berhenti hanya pada festival, tetapi harus mendapat ruang untuk tampil, berlatih, dan mengembangkan bakatnya,” ujar Bupati.
Festival ini diikuti lima peserta dari berbagai sanggar, di antaranya Zaffrikal Agwiansyah, Zainul Ahkam, Ayu Kartika Sari, Moh. Zakil Ulum, dan Naraswira Syahgama. Pemerintah daerah menegaskan pelestarian budaya membutuhkan kesinambungan lintas generasi serta dukungan masyarakat dan pemerintah.
“Festival ini adalah pijakan awal untuk memastikan identitas daerah agar tetap kuat, sekaligus generasi muda meneruskannya, demi melestarikan budaya sebagai bagian membangun jati diri,” tutupnya.
(*)

