Iklan

Langgapos Net
Redaksi
6/23/2025, 22:25 WIB
Last Updated 2025-06-23T15:25:19Z
Langgam Tekno

Beginilah AI Mengikis Kemampuan Berpikir Kritis Kita Seiring Waktu

AI-Mengikis-Kemampuan-Berpikir


LANGGAMPOST.NET - Kehadiran kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT memang mempermudah banyak pekerjaan. Tapi, apakah penggunaan AI justru bisa menurunkan kemampuan berpikir manusia? Sebuah studi baru dari MIT Media Lab mengungkapkan hal yang perlu kita waspadai.

Penelitian yang melibatkan 54 orang berusia 18-39 tahun di Boston ini menemukan bahwa pengguna ChatGPT menunjukkan aktivitas otak terendah dibandingkan dengan mereka yang menulis tanpa bantuan atau yang hanya menggunakan Google Search. Bahkan, pengguna ChatGPT cenderung semakin malas berpikir setiap kali menulis esai baru.

Dalam studi ini, peserta dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama menulis dengan bantuan ChatGPT, kelompok kedua menggunakan Google, dan kelompok ketiga menulis tanpa alat bantu apa pun. 

Hasilnya, kelompok ChatGPT tidak hanya menghasilkan esai yang hampir seragam dan kurang orisinal, tetapi juga mengalami penurunan keterlibatan otak secara signifikan.

Pengukuran gelombang otak lewat EEG menunjukkan bahwa kelompok tanpa bantuan AI justru memiliki konektivitas otak paling tinggi, yang berhubungan dengan kreativitas, ingatan, dan pemahaman. 

Mereka lebih terlibat, lebih puas, dan lebih mampu mengingat isi esai yang mereka tulis. Sebaliknya, kelompok ChatGPT nyaris tidak mengingat apa yang mereka kerjakan ketika diminta menulis ulang tanpa AI.

Nataliya Kosmyna, peneliti utama dari MIT, mengingatkan bahwa kebiasaan bergantung pada AI sejak dini dapat mengganggu perkembangan otak. Ia menekankan pentingnya edukasi soal penggunaan AI yang bijak. “Saya khawatir kalau dalam waktu dekat akan ada kebijakan seperti ‘GPT untuk TK’, dan itu sangat berbahaya,” katanya.

Meski studi ini belum melalui proses peer-review dan melibatkan sampel terbatas, hasilnya menjadi alarm awal. Penggunaan AI yang berlebihan, terutama oleh anak muda, berpotensi mengikis kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan daya ingat.

Dokter kejiwaan anak, Zishan Khan, juga menyampaikan kekhawatirannya. Menurutnya, ketergantungan pada AI bisa melemahkan koneksi saraf yang penting untuk proses belajar dan kemampuan bertahan dalam menghadapi tantangan.

AI memang menawarkan kenyamanan. Tapi jika tidak hati-hati, bisa jadi harga yang kita bayar adalah menurunnya kualitas cara kita berpikir.
(*)
Advertisement
close